Analisa Forex: GBP/USD Menguat di Akhir Tahun 2025, Waspadai Tekanan Kebijakan BoE

By

FBS Indonesia – Pada akhir pekan terakhir tahun 2025, pasangan mata uang GBP/USD mengalami kenaikan signifikan sekitar 0.3 persen, mencapai level 1.2560-an pada sesi perdagangan paruh kedua New York, Jumat (27/12/2024). Di sisi lain, EUR/GBP mencatat penurunan sebesar 0.25 persen ke kisaran 0.8300-an. Penguatan Pound Sterling ini sebagian besar didorong oleh arus dana akhir tahun 2025, sebuah fenomena musiman yang sering terjadi di penghujung bulan Desember 2025. Arus tersebut memberikan dorongan tambahan bagi Poundsterling, meskipun pasar secara keseluruhan masih berada dalam kondisi likuiditas rendah akibat libur Natal 2025.

Kondisi pasar yang tenang ini mencerminkan absennya sebagian besar trader retail yang masih menikmati liburan. Namun, sejumlah kecil trader institusional telah kembali aktif di meja transaksi, menyelesaikan proses penutupan posisi untuk akhir bulan dan akhir tahun. Aktivitas ini menciptakan momentum positif untuk Pounds Sterling, terutama terhadap Dolar AS dan Euro, yang menghadapi tekanan dalam perdagangan lintas mata uang pada hari yang sama.

Brad Bechtel, Kepala FX Global di Jefferies LLC, menjelaskan bahwa pergerakan GBP/USD di sesi London menunjukkan kenaikan tajam yang hampir menyerupai “garis lurus.” Pasangan mata uang ini memulai sesi di level terendah 1.2505 sebelum melonjak ke puncaknya di 1.2565. Fenomena ini dipicu oleh arus masuk dana musiman yang mendominasi perdagangan pada akhir tahun 2025. Menurut Bechtel, tren ini kemungkinan besar akan terus berlangsung hingga minggu pertama Januari 2025, meskipun volatilitas pasar masih akan terkendali dalam rentang terbatas.

Dinamika musiman seperti ini menciptakan peluang jangka pendek bagi para trader untuk memanfaatkan penguatan Sterling. Namun, perlu diingat bahwa momentum ini sering kali tidak bertahan lama. Likuiditas yang rendah dapat memperbesar fluktuasi harga, tetapi begitu pasar kembali ke tingkat aktivitas normal setelah liburan, arah pergerakan mata uang akan lebih banyak ditentukan oleh fundamental ekonomi dan kebijakan moneter.

Dalam jangka menengah dan panjang, prospek Sterling akan sangat bergantung pada arah kebijakan suku bunga Bank of England (BoE). Pada pengumuman terbaru pekan lalu, BoE memberikan sinyal bahwa mereka mungkin akan mempercepat siklus penurunan suku bunga pada tahun 2025. Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar bahwa langkah dovish dari BoE dapat membatasi ruang gerak penguatan Sterling dalam beberapa bulan mendatang.

Ahli analisa forex memperingatkan bahwa panduan kebijakan BoE yang cenderung longgar ini dapat menjadi beban bagi Pound jika pasar semakin memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih agresif. Seiring dengan itu, data ekonomi Inggris yang akan dirilis dalam beberapa minggu ke depan menjadi sorotan utama. Indikator seperti inflasi, pertumbuhan upah, dan aktivitas sektor jasa akan menjadi tolok ukur utama bagi pelaku pasar dalam menilai prospek kebijakan moneter BoE.

Noah Buffam, ahli analisa forex di CIBC Capital Markets, menekankan pentingnya data inflasi dan tekanan upah sebagai faktor penentu arah kebijakan. Menurutnya, meskipun pertumbuhan ekonomi Inggris menunjukkan tanda-tanda perlambatan, tekanan harga dan upah masih tetap tinggi. Jika data-data tersebut menunjukkan penurunan, pasar kemungkinan besar akan memperhitungkan kebijakan pelonggaran moneter BoE secara lebih serius, yang pada akhirnya dapat menekan nilai tukar GBP/USD pada awal tahun depan.

Namun, Buffam juga mencatat bahwa terdapat perbedaan pandangan di antara anggota komite kebijakan moneter BoE mengenai langkah yang perlu diambil ke depan. Jika data ekonomi menunjukkan tren yang lebih jelas dan konsisten, konsensus di dalam BoE mungkin akan mulai terbentuk. Konsensus ini akan menjadi sinyal penting bagi pasar untuk menentukan arah Sterling, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Sementara itu, dinamika eksternal juga tidak bisa diabaikan. Ketidakpastian di pasar global, termasuk pergerakan Dolar AS dan kondisi ekonomi di zona Euro, dapat memberikan dampak tambahan terhadap performa Sterling. Saat ini, Dolar AS sedang menghadapi tekanan dari ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin telah mencapai puncak suku bunga, sehingga memberikan sedikit ruang bagi GBP/USD untuk mempertahankan momentum penguatannya.

Likuiditas yang rendah juga memperbesar kemungkinan volatilitas di pasar mata uang. Hal ini bisa menjadi pedang bermata dua bagi Sterling. Di satu sisi, arus masuk dana akhir tahun memberikan dukungan sementara. Namun, di sisi lain, pergerakan besar dalam kondisi pasar yang tipis dapat memicu koreksi tajam begitu aktivitas pasar kembali normal.

Di luar faktor musiman, tantangan utama bagi Sterling tetap pada fundamental ekonominya. Inggris masih menghadapi tekanan struktural berupa pertumbuhan yang melambat, inflasi yang tinggi, dan defisit neraca berjalan yang cukup besar. Semua ini menjadi faktor yang membatasi potensi penguatan Sterling dalam jangka panjang, terutama jika tidak ada langkah konkret dari pemerintah dan BoE untuk mengatasi isu-isu tersebut.

Selain itu, hubungan perdagangan pasca-Brexit dengan mitra utama seperti Uni Eropa juga terus menjadi perhatian. Ketidakpastian terkait akses pasar dan hambatan regulasi dapat membebani prospek GBP dalam jangka panjang, meskipun dampaknya tidak selalu langsung terlihat dalam pergerakan harian.

Dengan begitu banyak faktor yang memengaruhi performa Pound, para trader dan investor perlu memantau perkembangan pasar dengan cermat. Periode akhir tahun 2025 ini memberikan peluang untuk memanfaatkan arus musiman, tetapi risiko jangka panjang tetap signifikan. Data ekonomi yang dirilis dalam beberapa minggu ke depan akan menjadi momen penting untuk mengevaluasi prospek kebijakan BoE dan, pada akhirnya, arah pergerakan GBP/USD di tahun 2025.

Secara keseluruhan, meskipun GBP/USD saat ini berada dalam tren penguatan jangka pendek, tantangan fundamental dan kebijakan moneter BoE yang dovish dapat mengancam momentum analisa forex di masa mendatang. Pelaku pasar harus siap menghadapi potensi volatilitas yang lebih tinggi di awal tahun baru, sekaligus memperhatikan sinyal-sinyal dari bank sentral dan laporan ekonomi 2025 yang dirilis di minggu-minggu mendatang. Momentum musiman ini menarik untuk dimanfaatkan, tetapi kebijakan dan fundamental ekonomi tetap menjadi penentu utama arah Sterling di tahun depan.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like