Indeks Dolar AS (DXY) saat ini terus menunjukkan konsolidasi yang kuat, bahkan mendekati level tertinggi yang tercatat pada tahun ini. Pada pembukaan awal pekan kemarin, analisa forex Dixie tercatat berada di angka 107.80-an dan dengan perlahan tetapi pasti, bergerak naik menuju 108.20-an pada perdagangan sesi Eropa pada hari Selasa, 24 Desember 2024. Peningkatan ini mencerminkan betapa kokohnya posisi Dolar AS di pasar mata uang global, meskipun ada sejumlah tantangan yang melibatkan dinamika kebijakan moneter global.
Salah satu faktor utama yang mendukung kekuatan Dolar AS adalah ekspektasi bahwa penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Federal Reserve (Fed) akan jauh lebih terbatas jika dibandingkan dengan langkah agresif yang diambil oleh bank sentral lainnya. Berdasarkan hasil rapat FOMC (Federal Open Market Committee) pekan lalu, pejabat-pejabat Fed mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga lanjutan yang akan terjadi pada tahun 2025 hanya akan berkisar sekitar 50 basis poin yang dibagi dalam dua tahap. Hal ini berbeda jauh dengan proyeksi yang ada untuk bank sentral Eropa (ECB) dan Bank of England (BoE) yang diperkirakan akan melakukan pemangkasan suku bunga lebih agresif.
Sebuah laporan inflasi yang diterbitkan pada akhir pekan lalu juga turut memberikan gambaran menarik terkait prospek ekonomi AS. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa tingkat inflasi AS, yang diukur melalui Personal Consumption Expenditures (PCE), lebih rendah dari ekspektasi pada bulan November 2024. Biasanya, penurunan laju inflasi akan memicu spekulasi bahwa Fed akan melakukan penurunan suku bunga dalam jumlah yang signifikan, yang biasanya dapat melemahkan Dolar AS. Namun, dalam hal ini, Dolar AS tetap bertahan karena meskipun inflasi menunjukkan pelemahan, tingkat inflasi inti masih berada pada level 2.8 persen, jauh di atas target 2 persen yang diinginkan oleh Fed. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi masih cukup tinggi dan memungkinkan Fed untuk mempertahankan kebijakan moneter yang lebih ketat.
Secara umum, pelaku pasar saat ini lebih mempercayai proyeksi bahwa Fed hanya akan melakukan penurunan suku bunga secara moderat. Hal ini berbeda dengan proyeksi penurunan suku bunga yang lebih agresif oleh ECB dan BoE. ECB diperkirakan akan mengurangi suku bunga sebanyak 125 basis poin, sedangkan BoE kemungkinan akan memangkasnya hingga 100 basis poin pada tahun depan. Ketidakselarasan kebijakan moneter antara Fed dan bank sentral lainnya menjadi salah satu pendorong utama kekuatan Dolar AS di pasar mata uang global. Dalam analisa forex 2025, divergensi kebijakan ini menciptakan perbedaan yang jelas dalam imbal hasil yang ditawarkan oleh masing-masing mata uang, sehingga mendorong aliran modal menuju Dolar AS yang menawarkan imbal hasil yang lebih menarik.
Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex, menegaskan bahwa kunci utama bagi Dolar AS saat ini adalah perbedaan kebijakan moneter antara bank sentral utama dunia. Menurutnya, Dolar AS kemungkinan hanya akan melemah jika pasar mulai mengharapkan adanya penurunan suku bunga Fed yang lebih besar dari yang diperkirakan. Salah satu pemicunya bisa jadi adalah data ketenagakerjaan AS yang dijadwalkan dirilis pada awal Januari 2025. Jika data tersebut lebih buruk dari ekspektasi, maka sentimen pasar bisa berubah dan menyebabkan investor merubah proyeksi terhadap kebijakan moneter Fed.
Pada jangka pendek, analisa forex menunjukkan bahwa Dolar AS masih memiliki potensi untuk menguat lebih jauh. Diversifikasi kebijakan moneter yang terjadi antara Fed dan bank sentral lainnya memberikan ruang bagi Dolar untuk tetap dominan. Selain itu, faktor-faktor domestik seperti potensi terhindarnya shutdown pemerintah AS juga turut memberikan kelegaan bagi investor. Pada akhir pekan lalu, parlemen AS berhasil mengesahkan rancangan anggaran federal yang memastikan bahwa aliran dana ke lembaga-lembaga pemerintah tetap berjalan lancar. Keputusan ini mencegah terjadinya pemerintahan yang terhenti (shutdown), yang dapat menciptakan ketidakpastian lebih lanjut di pasar keuangan.
Kehadiran kebijakan yang lebih stabil dan kesepakatan dalam anggaran ini turut meredakan ketegangan pasar. Kelegaan ini memicu pelaku pasar untuk kembali berfokus pada fundamental ekonomi AS yang relatif lebih kuat dibandingkan negara-negara lain. Kepercayaan pasar terhadap ekonomi AS turut berperan dalam penguatan Dolar, karena dalam situasi seperti ini, Dolar AS sering dianggap sebagai mata uang aman (safe haven).
Namun demikian, ada beberapa faktor yang tetap perlu diperhatikan. Dalam analisa forex harian, sangat penting untuk mengamati bagaimana perkembangan data ekonomi AS ke depan, terutama yang berkaitan dengan pasar tenaga kerja. Data ketenagakerjaan yang dirilis awal Januari 2025 akan menjadi salah satu indikator utama yang akan mempengaruhi proyeksi suku bunga Fed. Jika data tersebut menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam jumlah pekerjaan atau pertumbuhan upah yang lebih lambat, maka pasar kemungkinan besar akan merevisi proyeksi suku bunga Fed yang lebih besar.
Selain itu, pergerakan suku bunga di bank sentral Eropa dan Inggris juga tidak bisa diabaikan. Jika ECB atau BoE memutuskan untuk memperlambat laju pemangkasan suku bunga atau bahkan mempertahankan kebijakan yang lebih hawkish, hal ini dapat memengaruhi daya tarik relatif dari Dolar AS. Dalam skenario seperti ini, Dolar AS bisa kehilangan sebagian kekuatannya karena perbedaan kebijakan moneter akan semakin mengecil.
Secara keseluruhan, prospek jangka pendek bagi Dolar AS terlihat cukup optimis. Perbedaan kebijakan moneter, kestabilan ekonomi domestik, dan penghindaran shutdown memberikan dasar yang kokoh bagi Dolar untuk tetap kuat. Namun, investor dan trader harus tetap memperhatikan setiap perkembangan yang dapat mempengaruhi outlook suku bunga, termasuk data ketenagakerjaan dan inflasi yang akan datang. Dalam analisa forex, perubahan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter dapat menciptakan pergerakan yang signifikan di pasar valuta asing.